Artikel


Tarekh, Perjalanan Hamba Menuju Ketakwaan



BEKASI- Sungguh, Ibrahim adalah seorang imam (yang dapat dijadikan teladan), patuh kepada Allah dan hanif. Dan Dia bukanlah termasuk orang musyrik (yang mempersekutukan Allah), Dia mensyukuri nikmat-nikmat-Nya. Allah telah memilihnya dan menunjukinya ke jalan yang lurus. Dan Kami berikan kepadanya kebaikan di dunia, dan sesungguhnya di akhirat Dia termasuk orang yang soleh. (QS. An-Nahl Ayat 120-122).

Ayat tersebut menjadi acuan bagaimana kita mencontoh keteladanan Nabi Ibrahim yang patuh kepada Allah sehingga beliau menjadi kekasih Allah SWT. 

Dalam kajian ilmu yang disampaikan Pemimpin Majelis Dzikir Silaturrahim Umat Cahaya Illahi Ustadz M. Arief Budiman pada malam Ahad (25/7) dengan temaTarekh, Perjalanan Hamba Menuju Ketakwaan”, mengambil kisah perjalanan Nabi Ibrahim AS dan Nabi Muhammad SAW, yang berani berkorban dari harta, benda hingga nyawa hanya untuk Allah SWT.

Di tanggal 8 Zulhijjah terdapat dua peristiwa yang sangat penting, yaitu perjuangan Nabi Ibrahim AS dan Perjuangan Rasulullah SAW, di tanggal tersebut Nabi Ibrahim diperintahkan Allah SWT lewat mimpinya untuk menyembelih anaknya Ismail dan ditanggal itu pula perjalanan Nabi Muhammad SAW bersama sabahat-sahabatnya dalam menjalankan ibadah haji, menemukan sumber air kemudian para sahabat mengumpulkan air dan menampungnya untuk bekal perjalanan dari Mina menuju Arafah.

Dalam perjalanan Nabi Ibrahim untuk melaksanakan perintah Allah, gangguan-gangguan setan banyak di alami, sehingga Nabi Ibrahim melemparkan setan-setan tersebut dengan batu sebanyak tujuh kali lemparan dengan tiga tempat berbeda, yang masing-masing dinamakan lempar Jumrah Aqabah, Jumroh Wustho dan Jumrah Ula.

“Dari kisah perjalanan Nabi Ibrahim AS dan Nabi Muhammad SAW dapat diambil pelajarannya, bagaimana berkorban untuk Allah, ketika kita bisa membahagiakan orang lain dan hati kita merasa bahagia itu termasuk salah satu bentuk pengorbanan atau perjalanan menuju ketakwaan kita kepada Allah SWT”. Kata Ustadz M. Arief Budiman.

Menurutnya, kata Tarekh adalah perjalanan, berjalan ke mana pun dengan menyampaikan risalah-risalah Allah SWT, namun Tarekh dapat diartikan juga dengan menolong hamba-hamba Allah yang membutuhkan pertolongan dengan ikhlas tanpa pamrih karena Allah. “Kita berjihad di jalan Allah harus dibekali dengan ilmu, amal-amal yang kita lakukan juga harus dengan ilmu”. Ujarnya.

“Jika kita sudah menjalani kehidupan ini dengan ketakwaan, mau berjumpa dengan Allah kapan saja kita sudah siap, berjumpa dengan Allah itu dirindukan oleh orang-orang yang merindukan, pelindung kita adalah Allah, maknai kehidupan ini, semua ritual-ritual, semua rukun-rukun umroh, haji, perjalanan ibadah, kafarat, atau apapun yang diperintahkan oleh Allah, itu memiliki makna perjalanan kita untuk selamat di dunia dan di akhirat”. Tambahnya.

Kajian ilmu ini di awali dengan sholawat untuk Nabi, dilanjut dengan bimbingan taubat, pembacaan Al-Qur’an surat Muhammad ayat 10-16 dan motivasi dari guru pembimbing Ustadz Kusbiyanto dan Ustadz M. Taufik serta diakhiri kajian ilmu oleh Guru Besar Ustadz M. Arief Budiman yang dihadiri para santri, mujahid-mujahidah dan jamaah. Acara dimulai pukul 21.00-02.00 WIB.