Artikel


Mengayuh Sepeda Demi Mengejar Cahaya
Suharyanto foto bersama Guru Besar Majelis Dzikir Silaturahim Umat Cahaya Ilahi Ustadz M. Arief Budiman


BANYUMAS, JAWA TENGAH - Suharyanto, pemuda dari Desa Pengadegan Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas yang merupakan santri dari Majelis Dzikir Silaturahim Umat Cahaya Ilahi (MDS) cabang Cilacap ini, rela mengayuh sepeda selama hampir tiga jam untuk bertemu Sang Pemberi Cahaya.

Raut wajah kebahagiaan terlihat, ketika Suharyanto bertemu dengan Guru Besar Majelis Dzikir Silaturahim Umat Cahaya Ilahi Ustadz M. Arief Budiman yang saat itu sedang mengadakan rangkaian kegiatan safar di MDS Cabang Banyumas, Jawa Tengah pada Senin, (8/10) lalu.

Rasa lelah terbayar ketika pria yang kesehariannya bekerja mencari rumput untuk makan ternak ini dapat foto bersama dengan Guru Besar Ustadz M. Arief Budiman. Perjalanan untuk mencari cintanya Allah tidak sia-sia, dia bertekad untuk terus istiqomah di Majelis hingga maut menjemputnya.

Air mata mengalir ketika pemuda 21 tahun ini menceritakan pengalaman hidupnya kepada Redaksi Powerofdzikir.or.id disela acara safar Guru Besar ke beberapa daerah di Jawa Tengah. Perpisahan orang tua saat dia masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, membuat hatinya terasa hancur, berbagai ajakan untuk mencari tempat yang bisa menenangkan hati, pernah diikutinya, mulai dari orang pintar, beberapa perguruan ilmu kanuragan hingga kepada orang yang dianggap alim secara keagamaan. Namun semua ini tidak membuatnya berubah hingga Suharyanto menemukan MDS Cabang Cilacap.

Setelah kenal dengan MDS Cabang Cilacap, anak dari Bapak Kusnadi dan Ibu Naridem ini mulai merasa ada ketenangan dan kenyamanan dalam dadanya, yang awalnya selalu dihinggapi amarah hingga matanya memerah, kini berangsur-angsur mulai normal kembali.

Mendengar kabar Guru Besar akan datang ke MDS Cabang Banyumas, keinginan untuk bertemu semakin kuat, berbekal sepeda pinjaman dari sepupunya, berangkatlah Suharyanto dari Pengadegan menuju MDS Cabang Banyumas dengan melewati Kota Wangon, Ajibarang hingga menyusuri persawahan dan perkebunan dengan sesekali istirahat untuk memperbarui tenaganya.

Tangisan kebahagiaan pecah saat melihat wajah Sang Pemberi Cahaya yang Dirindukan Ustadz M. Arief Budiman hadir dihadapannya, namun rasa malu membuatnya menahan air mata yang sudah diujung kelopak untuk tidak keluar.

“In-Syaa Allah saya akan istiqomah untuk terus belajar di Majelis ini hingga maut menjemput saya, dan saya sangat bahagia bisa bertemu dengan Guru Besar, saya berharap dapat berjumpa lagi dengan Guru Besar dilain waktu dalam kondisi saya yang sudah jauh lebih baik”. Ujar Suharyanto mengakhiri ceritanya.