Profil Ust. M. Arief Budiman
Assallamua’alaikum wr.wb.
Nama saya Muhammad Arif Budiman, saya lahir di Bogor pada tahun 1970. Alhamdulillah, saya sudah berkeluarga, memiliki seorang istri dan tiga orang putri. Saya lahir dari seorang ibu yang ta’at kepada Allah dan nenek moyang yang senantiasa berjihad di jalan Allah dalam menyebarkan agama Islam. Saya bersekolah di Bogor, kuliah dan bekerja di Jakarta.
Dari kecil saya suka kegiatan yang berlandaskan keagamaan, seperti melakukan pengajian, hataman dan manaqiban, yang biasanya dikenal dengan paham tareqat Qodiriyah Naqsabandiyah. Sejak kecil pula saya sudah melaksanakan dzikir yang banyak, baik dzikir zahir maupun dzikir sir. Lebih jauh lagi, tidak seperti anak-anak pada umumnya seperti memandikan, menggali kubur dan menguburkan mayat sampai dengan mengadakan pengajian di rumah duka atau yang dikenal dengan tahlilan.
Selepas SMA, saya bekerja di Jakarta sambil kuliah. Mengingat kemampuan orang tua yang tidak mencukupi untuk membiayai kuliah, saya pun memutuskan untuk bekerja. Alhamdulilah, dengan pertolongan Allah saya bisa kuliah sekaligus membantu orang tua.
Allah SWT Maha Melihat apa yang kita kerjakan dan Maha Memberi Karunia kepada siapa yang Dia kehendaki. Dia juga yang memberikan saya seorang ibu yang sabar dan ta’at beribadah yang dengan do’a serta keridhoannya, Allah SWT memudahkan rizki dan pekerjaan saya. Mulai dari seorang businees development, karir saya terus naik sampai Allah SWT menjadikan saya seorang direktur dan direktur utama di berbagai perusahaan yang membidangi Pelatihan Training/Human Resources Development, kemudian bidang IT dan bidang Wisma Pertamina dalam usia yang relatif muda.
Di samping keberhasilan dalam pekerjaan, Allah SWT pun memberikan karunia berupa bakat dalam bidang seni musik. Menciptakan lagu, menulis lirik untuk dilantunkan dalam nada-nada merupakan anugerah yang diberikan kepada saya. Tiga album pop dan satu album religi Islam, Alhamdulillah dapat terealisasi. Yang paling berkesan adalah ketika bisa membuat album religi Islam yang dimana isi kandungan liriknya mengutip dari ayat-ayat suci Al Qur’an dan sunnah Nabi Besar Muhammad SAW, yang pada saat peluncuran albumnya mendapat dukungan dari Majelis Ulama Indonesia dan tokoh-tokoh agama Islam di Indonesia.
Saya yakin apa yang saya dapatkan, semua dari ridho Allah, ridho orang tua, dukungan istri dan anak anak, serta kerja keras dan do’a yang senantiasa dipanjatkan kepada Allah SWT. Tak lama setelah ayah saya meninggal pada tahun 2006, lima bulan kemudian Ibu menyusul dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Semenjak itu, hidup saya seolah terasa hampa terhadap urusan dunia. Saya kehilangan tempat memberi dan tempat berbagi. Tahap inilah titik awal untuk saya memulai meninggalkan urusan dunia sedikit demi sedikit.
Dorongan hati yang kuat untuk mengejar akhirat pada saat usia 35 tahun, terlebih dari meninggalnya ibu yang menjadi panutan dalam ibadah, semakin mendorong lebih kuat untuk ingin meneruskan perjuangan Rasulullah SAW dalam syiar agama islam. Pada usia 38 tahun, tekad saya bulat untuk memutuskan meninggalkan perkara dunia kemudian melakukan perjalanan ruhiyah diri menuju pensucian jiwa, kebersihan hati dengan mendalami Al Qur’an dan ilmu-ilmu Islam.
Ujian demi ujian, cobaan demi cobaan yang menimpa, saya terima dengan lapang dada. Harta yang tadinya ada menjadi tiada, bahkan menjadi hutang, namun tetap saya syukuri karena saya anggap semuanya adalah titipan dari Yang Maha Kuasa. Kapan saja Dia berkendak untuk mengambil, itu adalah Hak KekuasaanNya. Namun saya bersyukur semuanya Allah ganti dengan keimanan dan ketakwaan yang tidak bisa dibeli dengan apapun, melainkan hanya dengan kesungguhan ibadah kepadaNya.
Tahun 2010, di usia 40 tahun, saya mendirikan majelis dzikir kecil di rumah. Mulai berdakwah dari lingkungan yang kecil, teman dan sahabat yang tadinya memiliki tabiat yang buruk seperti penyakit malas ibadah, senang mabuk dan maksiat, sedikit demi sedikit saya dakwahkan untuk saya arahkan dan saya ubah tabiatnya menjadi seorang yang rajin ibadah dan ahli dzikir.
Alhamdulilah, dengan perjuangan yang terus menerus, istiqomah, meskipun segala macam hinaan, cemo’ohan dan fitnah sering menghampiri saya, saya jadikan perkara tersebut sebagai pemicu untuk menambah iman dan ketakwaan saya kepada Allah, karena saya sangat meyakini untuk menuju cahaya Allah tidaklah semudah yang kita bayangkan.
Ujian dan pertolongan Allah silih berganti menghampiri saya. Majelis dzikir yang tadinya kecil dan berlokasi di rumah, Alhamdulilah Allah pindahkan ke tempat yang lebih besar. Dari tempat itulah perjuangan menolong hamba-hamba Allah semakin meluas, dari yang memiliki masalah penyakit dan masalah-masalah lain tertolong oleh Allah SWT melalui bimbingan taubatan nasuha dan therapi ruqyah dengan Al Qur’an, do’a dan dzikir.
Dengan jama’ah yang semakin banyak dan pelaksanaan dzikir yang rutin seminggu sekali membuat semangat perjuangan ibadah semakin terlihat nyata, hingga pada suatu saat sekitar bulan Oktober 2013 saya diberi kesempatan untuk tampil pertama kali di acara televisi yaitu program Masih Dunia Lain. Saat itu shootingnya masih taping (rekaman) di daerah Rembang dan Jakarta. Karena dalam pelaksanaan shooting program tersebut saya tidak diperbolehkan menyampaikan ayat-ayat Allah SWT, saya menyatakan diri untuk tidak mau lagi shooting dalam program tersebut.
Pada bulan Januari tahun 2014, datang kembali permintaan dari pihak televisi Trans 7 yang menawarkan saya menjadi ahli spiritual dalam program yang sama, hanya saja program tersebut akan dikemas secara siaran langsung. Pada awalnya saya menolak dengan halus, karena saya tahu acara tersebut cukup beresiko. Di samping tidak diperbolehkan menyampaikan ayat ayat Allah, program tersebut juga sarat dengan hal-hal yang ghaib dan para pelakunya cenderung mengarah kepada hal-hal yang dilarang agama. Namun keesokan harinya mereka datang kembali untuk memaksa saya menerima tawaran tersebut, dengan alasan mereka ingin merubah isi dan tema program tersebut ke arah pembelajaran bagi pemirsa.
Saya tidak langsung menerima tawaran tersebut, saya minta waktu beberapa hari untuk merenung dan memohon petunjuk kepada Allah SWT, sekaligus bertanya kepada Allah SWT mengapa Engkau menghadapkan kembali orang tersebut kepada saya. Dalam perenungan itu terbersit petunjuk di hati saya, “Bukankah kamu ingin berjuang meluruskan perkara-perkara yang ghaib, maka sampaikan perkara yang ghaib dengan yang Haq yang kamu ketahui, niscaya Aku akan mengganti dengan yang Hak yang kamu tidak ketahui”.
Berbekal dengan petunjuk itu, akhirnya saya menerima tawaran tersebut dengan syarat saya dibebaskan untuk menyampaikan ayat-ayat Allah SWT yang berkaitan dengan program acara tersebut. Kalau diperbolehkan saya akan menerima, jika tidak silahkan untuk mencari yang lain. Alhamdulillah, mereka memperbolehkan asalkan tidak terlalu banyak ayat yang disampaikan. Akhirnya program itu mulai berjalan bersama saya. Episode demi episode secara siaran langsung saya jalankan yang pada awal prakteknya cukup terasa sulit dan berat untuk merubah kebiasaan atau cara-cara mereka yang tidak dilandasi dengan ilmu dan hikmah yang berlandaskan Al Qur’an. Namun seiring sejalan, Alhamdulillah penonton dapat menilai sendiri perubahannya, sehingga program acara tersebut dapat menjadi tontonon sekaligus tuntunan dalam memahami perkara-perkara yang ghaib dengan sudut pandang agama. Meskipun banyak pihak yang tidak menyukai adanya perubahan tersebut, namun tidak sedikit pula yang mendukung perubahan tersebut dan menjadikannya pelajaran hikmah yang berharga.
Sedikit bocoran mengenai proses shooting Masih Dunia Lain, Allah mengantarkan saya ke tempat-tempat shoting Masih Dunia Lain yang dianggap angker dan mencekam bagi kalangan daerah setempat. Hal itulah yang memberikan saya lebih banyak ilmu dan pengalaman. Namun pada prinsipnya, saya ingin merubah paradigma masyarakat yang menyatakan tempat tersebut angker dengan selalu mendoakan tempat tersebut setelah shooting agar bersih dari masalah ghaib dan tidak lagi angker.
Alhamdulillah, episode demi episode saya jalankan dengan tidak mengenyampingkan kegiatan utama di majelis dzikir. Allah percepat pengenalan saya kepada khalayak ramai lewat layar televisi dari yang satu minggu shooting sebanyak 1 kali sampai dengan shooting sebanyak 3 – 4 kali dalam seminggu. Hingga nama saya dikenal masyarakat luas dengan panggilan nama Kang Arif, nama yang mungkin dikaitkan dengan asal daerah dimana saya dilahirkan. Seiring dengan berjalannya waktu, pada pertengahan tahun 2015 saya kembali dialihkan oleh Allah SWT untuk kembali fokus di majelis untuk mengembangkan ilmu Allah SWT dalam program yang sudah lama saya rencanakan yaitu program “Power Of Dzikir”.
Dimana ada sebuah awalan pasti ada sebuah akhira. Ketika mengakhiri shooting di program masih dunia lain, saya kembali meneruskan program “Power Of Dzikir” yang sempat terhenti selama lebih kurang 4 tahun. Alhamdulillah pada bulan November 2015, program ini bisa terlaksana dan mulai terwujud. Harapan saya Insya Allah program ini dapat bermanfaat bagi hamba-hamba Allah SWT yang memiliki beragam masalah, untuk kami berikan solusi dan jalan keluar yang baik dengan ilmu Allah SWT.
Itulah sepenggal cerita mengenai saya, semoga bisa bermanfaat dan membawa berkah, jazakumullah khaiyran khatshiran.
Wasalammu’alaikum wr.wb.
Muhammad Arif Budiman
(Kang Arif)